Kedudukan Manusia Dalam Sudut Pandang Al�Surat Al-Hujurat Ayat 13 Komparasi Tafsir M. Quraish Shihab Dan Ibnu Katsir.

Abadiyah, Azmiatul (2021) Kedudukan Manusia Dalam Sudut Pandang Al�Surat Al-Hujurat Ayat 13 Komparasi Tafsir M. Quraish Shihab Dan Ibnu Katsir. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.

[img] Text
Azmiatul Abadiyah_U20161037.pdf - Submitted Version

Download (3MB)

Abstract

Penelitian ini menganalisis tentang kedudukan manusia dalam sudut pandang al- -Hujurat ayat 13 dalam tafsir M. Quraish Shihab dan Ibnu Katsir. Hal tersebut penting untuk dibahas dikarenakan minimnya ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang mengenai kedudukan manusia. Kedudukan manusia yang dipahami selama ini oleh seseorang selalu terkait dengan harta benda, kesuksesan, kemewahan dan status sosial. Sehingga seseorang yang memiliki kekayaan akan dijunjung tinggi dan dihormati sedangkan seseorang dengan segala keterbatasannya akan dipandang sebelah mata dan diremehkan. Fokus kajian ini adalah: Bagaimana penafsiran Ibnu Katsir dan M. Quraish Shihab terhadap kedudukan manusia dalam Surah al-Hujurat ayat 13. Apa persamaan dan perbedaan penafsiran Ibnu Katsir dan M. Quraish Shihab tentang kedudukan manusia dalam Surah al-Hujurat ayat 13. Apa saja hal-hal yang mempengaruhi perbedaan dan persamaan penafsiran Ibnu Katsir dan M. Quraish Shihab. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian kajian pustaka. Penelitian ini dilaksanakan dengan bertumpu pada data�data kepustakaan, kemudian dianalisis dengan metode content analisis dengan model analisis wacana kritis Teun Van Dijk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) penafsiran M. Quraish Shihab mengenai kedudukan manusia dalam sudut pandang al- -Hujurat ayat 13 menjelaskan bahwa ayat tersebut tidak ditujukan kepada orang beriman saja, namun kepada semua manusia. Manusia sejatinya diciptakan dalam kondisi plural sehingga manusia dituntut untuk saling membantu antar sesama manusia, dan orang yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa, dan menurut penafsiran Ibnu Katsir, seluruh manusia setara kemuliaannya dalam hal kekerabatannya dengan Adam dan Hawa, mereka berbeda kemuliaannya dihadapan tuhan hanya dalam ketakwaannya, bukan karena kebaikan garis keturunannya. 2) Persamaan dan perbedaan penafsiran M. Quraish Shihab dan Ibnu Katsir dapat dilihat dari berbagai hal, dilihat dari hasil penelitian ditemukan beberapa persamaan dan perbedaan dalam menafsirkan kedudukan manusia dalam sudut pandang al- n yakni Persamaan Manusia (Egaliter), Saling Mengenal ( ), Derajat ketakwaan, Allah Melihat Hati dan Amal Manusia. Sedangkan perbedaannya Tidak adanya satu konsep Allah melihat hati dan amal manusia pada hasil penafsiran dalam Tafsir al-Mishbah. 3) hal-hal yang mempengaruhi perbedaan penafsiran yakni dilatar belakangi oleh kondisi sosio-kultural dimana keduanya hidup dan menetap. Ibnu Katsir hidup pada abad ke- 14 M sedangkan M. Quraish Shihab hidup pada abad ke- 20 M hingga kini. juga dipengaruhi oleh keilmuan yang ditekuni, pun juga tempat tinggal dan budaya yang berbeda, yaitu Damaskus dan Indonesia.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Depositing User: Mr abdul mangang
Date Deposited: 12 Sep 2022 12:06
Last Modified: 12 Sep 2022 12:06
URI: http://digilib.uinkhas.ac.id/id/eprint/13054

Actions (login required)

View Item View Item