Naimatul, Muflihah (2022) Dinamika perkembangan tari Gandrung pada masyarakat desa Kemiren Kabupaten Banyuwangi Tahun 1970-2002. Undergraduate thesis, UIN KH Achmad Siddiq Jember.
Text
Naimatul Muflihah _U20164015.pdf Download (7MB) |
Abstract
Gandrung merupakan kesenian asli Banyuwangi dalam bentuk tarian dan
nyanyian, yang dalam pertunjukannya dibagi dalam empat fase, yakni Jejer, Paju,
Repenan dan Seblang-Subuh. Dalam perkembangannya, Gandrung dari Kemiren
banyak mengalami pasang surut dan perubahan-perubahan yang terjadi. Hal
tersebut nampak dalam perubahan kostum, pergantian pemeranan penari
Gandrung dari yang sebelumya penari Gandrung laki-laki, sekarang diperankan
oleh penari Gandrung perempuan, penambahan alat musik, dan memasukkan
lagu-lagu yang digemari oleh masyarakat.
Dalam penelitian ini penulis memfokuskan masalah yaitu: 1) Bagaimana
sejarah perkembangan Tari Gandrung di Desa Kemiren Kabupaten Banyuwangi ?
2) Bagaimana prosesi Tari Gandrung di Desa Kemiren Kabupaten Banyuwangi ?
3) Bagaimana persepektif masyarakat Kemiren dalam memaknai Tari Gandrung ?
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran sejarah
awal, bentuk pertunjukan dalam prosesi tari Gandrung dan perubahan-perubahan
bentuk serta makna yang terkandung dalam kesenian Gandrung serta pandangan
dari beberapa tokoh masyarakat.
Teori yang digunakan adalah teori perubahan sosial oleh Soejarno Soekamto
yang mengedepankan tentang perubahan sosial yang terjadi akibat perkembangan
baik dari pengaruh masyarakat, kelompok, kebudayaan maupun aspek internal dan
eksternal seseorang. Adapun metode penelitian sejarah yang digunakan penulis
meliputi: Heuristik, Kritik, Interpretasi, dan Historiografi.
Dari hasil penelitian ini, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan yaitu:
Pertama, sejarah tari Gandrung di Banyuwangi awalnya dilakukan oleh penari
laki-laki yang berpenampilan seperti perempuan untuk mengelabui musuh pada
zaman kolonial Belanda. Kedua, prosesi tari Gandrung dilakukan berdasarkan dua
tahapan, yakni berdasarkan waktu penyelenggaraan dan proses ritual dalam
pertunjukkan tari Gandrung yang disebut meras. Ketiga, perkembangan tari
Gandrung didesa Kemiren sekaligus mengalami puncak keemasan tahun 1970
setelah terjadinya pasang surut dan perubahan, terbukti dari terbukanya kesenian
Gandrung terhadap keadaan sekitarnya (sosial, Budaya, ekonomi, politik, agama).
Keterbukaan dimulai ketika penonton bukan hanya daeri kelompok Using,
melainkan kelompok etnis lainnya. Tahun 1970, kesenian Gandruntg dijadikan
alat menarik masa dalam kampanye partai (terutama Golkar), dan menarik
masyarakat dalam kegiatan sosialisasi Dinas Penerangan. Keadaan ini,
memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan atau perubahan, baik dalam
fungsi, bentuk maupun makna. Perubahan tersebut banyak dipengaruhi oleh
keadaan Gandrung sebelumnya, terutama masa refprmasi. Hingga tahun 2002
setelah melalui proses panjang, Gandrung dijadikan sebagai maskot Banyuwangi
yang diresmikan oleh bupati Ir. H. Samsul Hadi sebagai bagian identitas rakyat Banyuwangi.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Subjects: | 21 HISTORY AND ARCHAEOLOGY > 2101 Archaeology > 210108 Historical Archaeology (incl. Industrial Archaeology) |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora > Sejarah Peradaban Islam |
Depositing User: | ms perpustakaan Naimatul Muflihah |
Date Deposited: | 01 Dec 2022 08:07 |
Last Modified: | 01 Dec 2022 08:07 |
URI: | http://digilib.uinkhas.ac.id/id/eprint/15496 |
Actions (login required)
View Item |