Ayat laknat dalam al-qur’an: Studi komparatif penafsiran ayat laknat dalam Tafsir Al-Qur’ân Al-‘Aẓîm dan Tafsir Al-Misbah

Darmawan, Nauval Rifqi (2022) Ayat laknat dalam al-qur’an: Studi komparatif penafsiran ayat laknat dalam Tafsir Al-Qur’ân Al-‘Aẓîm dan Tafsir Al-Misbah. Undergraduate thesis, UIN KH Achmad Siddiq Jember.

[img] Text
Nauval Rifqi Darmawan_U20181101.pdf

Download (2MB)

Abstract

Pada prinsipnya seorang mukmin tidak boleh menjadi pelaknat atau pengumpat, pencerca dan pencaci maki. Melaknat atau mencaci seseorang merupakan sifat buruk yang sangat besar bahayanya bagi pelakunya sendiri. Dalam laknat terdapat bahaya, yakni menganggap Allah telah menjauhkan orang yang dikutuk. Hanya Allah saja yang memiliki hak untuk melaknat makhluk-Nya. Penelitian mengenai ayat-ayat laknat dalam al Qur’an ini sangat penting untuk dikaji lebih dalam lagi, mengingat al-Qur’an sebagai sumber utama umat Islam sehingga jika pengkajian al-Qur’an yang berkaitan dengan kehidupan dunia dan akhirat tidak banyak dikaji, maka akan memberikan efek yang kurang baik terhadap umat Islam khususnya orang-orang awam.

Fokus Penelitian dalam skripsi ini adalah, 1) Bagaimana penafsiran Ibnu Katsir dan Quraish Shihab tentang Ayat Laknat dalam Al-Qur’an?. 2) Apa persamaan dan perbedaan penafsiran Ibnu Katsir dan Quraish Shihab tentang Ayat Laknat dalam Al-Qur’an?

Adapun jenis penelitian ini menggunakan studi kepustakaan atau library research yaitu mengumpulkan data-data berupa buku, jurnal, artikel, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan pembahasan yang diteliti. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif deskriptif, yaitu penelitian untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek, misalnya prilaku, presepsi dan tindakan. Teknik analisis data pada penelitian ini mengikuti langkah deskriptif, yaitu menguraikan data secara teratur, dan komparasi, yaitu membandingkan data dari dua objek yang berbeda.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa mendapat laknat Allah, berarti Allah mengusirnya dan menjauhkannya dari rahmat-Nya, serta mengeluarkan dari perlindungan-Nya. Allah telah mengusir dan menjauhkan mereka dari segala kebaikan sehingga tidak ada sedikit pun iman yang bemanfaat bagi mereka. Menurut M. Quraish Shihab jika seseorang dilaknat maksudnya dikutuk oleh Allah berarti dijauhkan dari rahmat-Nya serta dijauhkan segala kebaikan darinya. Kemudian mengenai persamaan penafsiran, keduanya sepakat mengenai hakikat laknat. Menurut kedua penafsir jika seseorang dilaknat oleh Allah berarti dijauhkan dari rahmat-Nya serta dijauhkan segala kebaikan darinya. Laknat tersebut akan ditimpakan dan mengikuti mereka hingga hari Kiamat. Kemudian terdapat perbedaan pada penafsiran antara kedua mufassir tersebut. Yaitu terletak pada penyebab Allah menurunkan laknat. Salah satu perbedaannya ialah dalam contoh laknat Allah terhadap orang kafir Bani Israil. Menurut Ibnu Katsir, Allah melaknat orang kafir Bani Israil dikarenakan mereka durhaka kepada Allah dan mendzalimi makhluk-Nya. Sedangkan menurut Quraish Shihab, Allah melaknat orang kafir Bani Israil dikarenakan mereka telah durhaka dengan melakukan dosa-dosa kepada Allah dan Rasul-Nya dan selalu melampaui batas kewajaran, baik dalam beragama maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Keywords: penafsiran; komparatif; ayat laknat

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Subjects: 22 PHILOSOPHY AND RELIGIOUS STUDIES > 2204 Religion and Religious Studies > 220402 Comparative Religious Studies
22 PHILOSOPHY AND RELIGIOUS STUDIES > 2204 Religion and Religious Studies > 220403 Islamic Studies
Divisions: Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora > Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Depositing User: Nauval Rifqi Darmawan Nauval
Date Deposited: 26 Dec 2022 02:17
Last Modified: 26 Dec 2022 02:17
URI: http://digilib.uinkhas.ac.id/id/eprint/15997

Actions (login required)

View Item View Item