Khitbah Dalam Perspektif Ibn Hazm Serta Kontrakdiksinyasinya Terhadap Kesetaraan Gender Dalam Islam.

Agustin, Rina Ayu (2015) Khitbah Dalam Perspektif Ibn Hazm Serta Kontrakdiksinyasinya Terhadap Kesetaraan Gender Dalam Islam. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.

[img] Text
RINA AYU AGUSTIN _083 111 040.pdf

Download (1MB)

Abstract

Khitbah adalah suatu perumulaan yang dilakukan sebelum adanya suatu pernikahan, khitbah diperbolehkan oleh seluruh ulama’ syar’i dikarnakan khitbah sebagai ajang suatu pertemuan sebelum adanya suatu ikatan yang sah. Yang bisa disebut juga dengan proses ta’aruf. Dalam hal khitbah pasti adanya syarat dan ketentuan dalam melihat wanita yang akan dikhitbah. Ibn Hazm yang memiliki pola berbeda dengan madzhab yang lain yang menyimpulkan kebolehan untuk melihat wanita yang akan dikhitbah tanpa batasan yang ditentukan. Dengan kata lain Ibn Hazm membolehkan laki-laki yang akan mengkhitbah untuk melihat wanita yang akan dikhitbahnya baik yang tampak ataupun tidak tampak. Adapun fokus masalah yang tertuang dalam skripsi ini ialah: 1. Bagaimana pandangan ibnu Hazm tentang khitbah? 2. Apa istimbat hukum yang digunakan oleh Ibn Hazm? 3. Bagaimana kontradiksinya dengan kesetaraan gender? Tujuan peneliti adalah untuk mengemukakan pendapat Ibn Hazm tentang bagaimana melihat wanita yang akan di khitbah dan bagaimana kontradiksinya dengan kesetaraan gender. peneliti menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research) dengan pendekatan yang digunakan yaitupendekatan Konseptual (conseptual Approach) yaitu dilakukan manakala penelititi tidak keluar dan beranjak dari hukum yang ada. Adapun teknik pengumpulan datanya adalah dengan menggunakan teknik dokumentasi. Ibn Hazm berpendapat dengan dibolehkannya melihat semua bagian tubuh calon istri yang akan dikhitbah. Untuk mengetahui bagaimana bentuk tubuh dari perempuan tersebut secara keseluruhan dan diperkirakan untuk melanggengkan pernikahan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah: bahwa menurut Ibn Hazm berdasarkan Dzahir Nas adalah memperbolehkan melihat tubuh wanita yang di khitbah, baik yang bisa dilihat ataupun yang tidak bisa dilihat (terbuka), karena dianggap dapat mengetahui tubuh wanita yang dikhibah tersebut dan mengurangi kekecewaan setelah menikah. Namun hal ini sangat bertentangan dengan masa kekinian (gender) karena kurang memperhatikan kepentingan yang ada dalam konsep kesetaraan gender. Maka pendapat Ibn Hazm ini bertolak belakang dengan apa yang telah ada di zaman sekarang dan sangat merugikan khususnya bagi kalangan perempuan.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Subjects: 13 EDUCATION > 1303 Specialist Studies In Education > 130308 Gender, Sexuality and Education
Divisions: Fakultas Syariah > Ahwal As-Syakhsyiyyah
Depositing User: Ms Diva Magang
Date Deposited: 16 Feb 2023 07:19
Last Modified: 16 Feb 2023 07:19
URI: http://digilib.uinkhas.ac.id/id/eprint/18845

Actions (login required)

View Item View Item