Perjuangan Besar Nahdlatul Ulama: Menuju Kebangkitan Intelektual, Teknokrasi, dan Kewirausahaan
loading...
A A A
Muhammad Fauzinuddin Faiz
Dosen UIN Kiai Haji Achmad Shiddiq & Khadim di Yayasan Pondok Pesantren Islam Bintang Sembilan Wuluhan, Jember
BUKUPBNU, Perjuangan Besar Nahdlatul Ulama bisa dibilang magnum opus dari karya KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) yang mengulas tentang transformasi yang perlu dilakukan oleh Nahdlatul Ulama (NU) agar dapat berperan aktif dalam memajukan Indonesia dan umat Islam di masa depan. Dalam buku ini, Gus Yahya mengajak generasi milenial dan komunitas NU secara umum untuk melakukan pembaharuan atau tajdid dalam tubuh NU.
Tajdid atau pembaharuan ini dimaksudkan untuk memperbarui cara berpikir, bertindak, dan bersikap dalam menghadapi berbagai tantangan dan perubahan zaman yang semakin cepat. Hal ini sebagaimana yang dibahasakan oleh penulis buku ini mengusung cita-cita peradaban yaitu mewujudkan tata dunia yang harmonis dan adil berdasarkan akhlaqul karimah dan penghormatan terhadap kesetaraan martabat diantara sesama manusia.
Dalam lembar pertama di bawah judul tampak tulisan Tajdid Jam'iyyah Untuk Khidmad Milenial. Diksi Tajdid Jam'iyyah pernah digelorakan oleh mendiang KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Gus Yahya yang dianggap banyak orang sebagai anak ideologis Gus Dur ingin mengajak komunitas NU dan generasi milenial untuk memperbaharui organisasi NU dalam konteks perubahan sosial, ekonomi, dan politik yang terjadi di Indonesia. Dalam buku ini, tampaknya Gus Yahya mendambakan NU mampu menghasilkan pemikiran-pemikiran baru yang inklusif dan berdaya saing, serta mampu memanfaatkan teknologi dan sumber daya yang ada untuk menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Bab satu dan dua dari buku ini membahas dua isu penting, yaitu Islam di Tengah Dunia yang Berubah dan Merintis Peradaban Baru. Bab satu membahas tentang bagaimana posisi Islam di tengah dunia yang terus berubah dan berkembang. Dalam konteks ini, penulis mengungkapkan bahwa Islam harus mampu menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan dan tantangan yang terjadi di dunia. Islam harus dapat memberikan solusi-solusi inovatif untuk mengatasi berbagai masalah sosial dan politik yang dihadapi oleh masyarakat.
Penulis juga ingin menegaskan kepada umat Islam bahwa banyak masalah yang dihadapi oleh dunia saat ini, seperti kemiskinan, ketidakadilan, ketidakstabilan politik, dan konflik antarbangsa, membutuhkan solusi yang inklusif dan holistik. Dalam hal ini, Islam dapat memberikan kontribusi yang besar dengan menyediakan solusi-solusi berbasis nilai-nilai Islam yang inklusif dan berdaya saing.
Bab dua membahas tentang bagaimana NU merintis peradaban baru di Indonesia. Penulis ingin menegaskan kepada semua orang bahwa NU harus mampu menjadi agen perubahan dan pembaru dalam masyarakat. NU harus mampu menghasilkan pemikiran-pemikiran inovatif yang berbasis pada nilai-nilai Islam yang inklusif dan berdaya saing.
Lewat buku ini, penulis mengungkapkan bahwa NU memiliki peran penting dalam mengembangkan peradaban Indonesia, sehingga NU harus mampu menjadi organisasi yang inklusif, terbuka, dan berdaya saing. NU harus mampu menghasilkan pemikiran-pemikiran inovatif yang dapat memberikan solusi atas berbagai permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Dalam hal ini, NU harus mampu merintis peradaban baru yang dapat memberikan kontribusi positif dan nyata bagi masyarakat dan negara.
Bab tiga dari buku ini membahas tentang pentingnya transformasi pola pikir dalam tubuh NU, khususnya terkait dengan tiga hal yaitu bidang khidmah atau dedikasi, makna program, dan hubungan antartingkatan kepengurusan.
Dalam bab ini penulis mengajak Nahdliyin untuk memperluas ranah dedikasi yang dilakukan oleh NU. Menurutnya, NU harus dapat memperluas sasaran khidmahnya agar dapat menjangkau lebih banyak masyarakat dan memperbaiki kondisi sosial. Dalam hal ini, NU harus dapat berkolaborasi dengan berbagai pihak dan melibatkan masyarakat dalam proses pengembangan dan pelaksanaan program khidmah.
Bagi penulis, NU harus mampu memberikan makna yang jelas dan relevan terkait dengan program-program khidmah yang dilakukan. Program-program khidmah harus dirancang berdasarkan kebutuhan dan harapan masyarakat, serta memperhatikan konteks sosial dan budaya yang ada di masyarakat. Selain itu, NU harus mampu mengoptimalkan kinerja dan sinergi antar tingkatan kepengurusan, sehingga pelaksanaan program khidmah dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
Dosen UIN Kiai Haji Achmad Shiddiq & Khadim di Yayasan Pondok Pesantren Islam Bintang Sembilan Wuluhan, Jember
BUKUPBNU, Perjuangan Besar Nahdlatul Ulama bisa dibilang magnum opus dari karya KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) yang mengulas tentang transformasi yang perlu dilakukan oleh Nahdlatul Ulama (NU) agar dapat berperan aktif dalam memajukan Indonesia dan umat Islam di masa depan. Dalam buku ini, Gus Yahya mengajak generasi milenial dan komunitas NU secara umum untuk melakukan pembaharuan atau tajdid dalam tubuh NU.
Tajdid atau pembaharuan ini dimaksudkan untuk memperbarui cara berpikir, bertindak, dan bersikap dalam menghadapi berbagai tantangan dan perubahan zaman yang semakin cepat. Hal ini sebagaimana yang dibahasakan oleh penulis buku ini mengusung cita-cita peradaban yaitu mewujudkan tata dunia yang harmonis dan adil berdasarkan akhlaqul karimah dan penghormatan terhadap kesetaraan martabat diantara sesama manusia.
Dalam lembar pertama di bawah judul tampak tulisan Tajdid Jam'iyyah Untuk Khidmad Milenial. Diksi Tajdid Jam'iyyah pernah digelorakan oleh mendiang KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Gus Yahya yang dianggap banyak orang sebagai anak ideologis Gus Dur ingin mengajak komunitas NU dan generasi milenial untuk memperbaharui organisasi NU dalam konteks perubahan sosial, ekonomi, dan politik yang terjadi di Indonesia. Dalam buku ini, tampaknya Gus Yahya mendambakan NU mampu menghasilkan pemikiran-pemikiran baru yang inklusif dan berdaya saing, serta mampu memanfaatkan teknologi dan sumber daya yang ada untuk menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Bab satu dan dua dari buku ini membahas dua isu penting, yaitu Islam di Tengah Dunia yang Berubah dan Merintis Peradaban Baru. Bab satu membahas tentang bagaimana posisi Islam di tengah dunia yang terus berubah dan berkembang. Dalam konteks ini, penulis mengungkapkan bahwa Islam harus mampu menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan dan tantangan yang terjadi di dunia. Islam harus dapat memberikan solusi-solusi inovatif untuk mengatasi berbagai masalah sosial dan politik yang dihadapi oleh masyarakat.
Penulis juga ingin menegaskan kepada umat Islam bahwa banyak masalah yang dihadapi oleh dunia saat ini, seperti kemiskinan, ketidakadilan, ketidakstabilan politik, dan konflik antarbangsa, membutuhkan solusi yang inklusif dan holistik. Dalam hal ini, Islam dapat memberikan kontribusi yang besar dengan menyediakan solusi-solusi berbasis nilai-nilai Islam yang inklusif dan berdaya saing.
Bab dua membahas tentang bagaimana NU merintis peradaban baru di Indonesia. Penulis ingin menegaskan kepada semua orang bahwa NU harus mampu menjadi agen perubahan dan pembaru dalam masyarakat. NU harus mampu menghasilkan pemikiran-pemikiran inovatif yang berbasis pada nilai-nilai Islam yang inklusif dan berdaya saing.
Lewat buku ini, penulis mengungkapkan bahwa NU memiliki peran penting dalam mengembangkan peradaban Indonesia, sehingga NU harus mampu menjadi organisasi yang inklusif, terbuka, dan berdaya saing. NU harus mampu menghasilkan pemikiran-pemikiran inovatif yang dapat memberikan solusi atas berbagai permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Dalam hal ini, NU harus mampu merintis peradaban baru yang dapat memberikan kontribusi positif dan nyata bagi masyarakat dan negara.
Bab tiga dari buku ini membahas tentang pentingnya transformasi pola pikir dalam tubuh NU, khususnya terkait dengan tiga hal yaitu bidang khidmah atau dedikasi, makna program, dan hubungan antartingkatan kepengurusan.
Dalam bab ini penulis mengajak Nahdliyin untuk memperluas ranah dedikasi yang dilakukan oleh NU. Menurutnya, NU harus dapat memperluas sasaran khidmahnya agar dapat menjangkau lebih banyak masyarakat dan memperbaiki kondisi sosial. Dalam hal ini, NU harus dapat berkolaborasi dengan berbagai pihak dan melibatkan masyarakat dalam proses pengembangan dan pelaksanaan program khidmah.
Bagi penulis, NU harus mampu memberikan makna yang jelas dan relevan terkait dengan program-program khidmah yang dilakukan. Program-program khidmah harus dirancang berdasarkan kebutuhan dan harapan masyarakat, serta memperhatikan konteks sosial dan budaya yang ada di masyarakat. Selain itu, NU harus mampu mengoptimalkan kinerja dan sinergi antar tingkatan kepengurusan, sehingga pelaksanaan program khidmah dapat dilakukan secara efektif dan efisien.