Machfudz, Machfudz (2020) Model Kepemimpinan Kiai Pesantren: Dari Tradisi Hingga Membangun Budaya Religius. Penerbit Pustaka Ilmu, Yogyakarta. ISBN 978-623-7066-75-0
Text
Model Kepemimpinan kiai pesantren.pdf Download (1MB) |
Abstract
Manajemen kepemimpinan Pondok Pesantren merupakan suatu proses di dalam menemukan transformasi pembentukan budaya baik dalam budaya belajar santri, hingga membangun komunitas keberagamaan santri secara mandiri dan tidak perlu adanya intervensi, biarlalah budaya santri terbentuk dengan sendirinya. Oleh sebab itu, proses pendidikan yang benar adalah membebaskan seseorang dari berbagai kungkungan, intimidasi, dan ekploitasi. Disinilah letak dari tujuan pedagogik, yaitu membebaskan manusia secara konprehensif dari ikatan-ikatan yang terdapat di luar dirinya atau dikatakan sebagai sesuatu yang mengikat kebebasan seseorang dalam berinteraksi antar santri dan masyarakat. Manusia sebagai makhluk pengemban etika yang telah dikaruniai akal dan budi. Dengan demikian, adanya akal dan budi menyebabkan manusia memiliki cara dan pola hidup yang multidimensi, yakni kehidupan yang bersifat material dan bersifat spiritual. Begitu pentingnya pendidikan bagi setiap manusia, karena tanpa adanya pendidikan sangat mustahil suatu komunitas manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan cita-citanya untuk maju, mengalami perubahan, sejahtera dan bahagia sebagaimana pandangan hidup mereka dalam membangun karakter budaya yang religius.
Oleh karena itu, tujuan pendidikan di pesantren mengalami perubahan yang terus menerus dari setiap pergantian roda kepemimpinan. Maka dalam hal ini sistem pendidikan Nasional masih belum mampu secara maksimal untuk membentuk masyarakat yang benar-benar sadar akan pendidikan, terutama pendiddikan moral keagamaan. Melihat fenomena yang terjadi pada saat ini banyak kalangan yang mulai melihat sistem pendidikan pesantren sebagai salah satu alternatif untuk terwujudnya produk pendidikan yang tidak saja cerdik, pandai, lihai, tetapi juga berhati mulia dan berakhlakul karimah dan religius. Hal tersebut dapat dipahami bahwa pesantren memiliki karakteristik yang memungkinkan tercapainya tujuan pendidikan Nasional.
Sejarah pondok pesantren merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah pertumbuhan masyarakat Indonesia. Hal itu dapat dibuktikan bahwa sejak masa kerajaan Islam pertama di Aceh dalam abad-abad pertama Hijriyah, kemudian masa Wali Songo sampai permulaan abad 20 banyak para wali dan ulama yang menjadi cikal-bakal pesantren baru. Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang unik di Indonesia. Lembaga pendidikan ini telah berkembang khususnya di Jawa selama berabad-abad. Maulana Malik Ibrahim (meninggal 1419 di Gresik Jawa Timur), Spiritual father Walisongo, dalam masyarakat santri Jawa dipandang sebagai gurunya guru tradisi pesantren di tanah Jawa.
Menurut Mas’ud bahwa asal-usul Pesantren tidak bisa dipisahkan dari sejarah pengaruh walisongo abad 15-16 di Jawa. Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang unik di Indonesia. Lembaga ini telah berkembang khususnya dijawa selama berabad-abad. Mengemukakan, setidaknya ada tujuh teori tentang asal-usul system podok pesantren. Pertama, pondok pesantren merupakan bentuk tiruan atau adaptasi terhadap pendidikan hindhu dan budha sebelum Islam dating ke Indonesia. Kedua, mengklaim berasal dari India, Ketiga, berasal dari Baghdad. Kelima, perpaduan hindhu Budha dan arab. Keenam, berasal dari Indiadan orang Islam Indonesia. Ketujuh, berasal dari India, timur tengah dan tradisi lokal yang lebih tua.2 Tetapi sulit untuk disimpulkan mana yang lebih kuat, nampaknya pondok pesantren terbentuk atas pengaruh India, arab dan tradisi Indonesia.
Dalam proses perkembangannya pesantren masih tetap disebut lembaga pendidikan keagamaan yang mengembangkan dan mengajarkan ilmu agama Islam. Dengan segala dinamikanya, pesantren dipandang sebagai lembaga yang merupakan pusat dari perubahan-perubahan masyarakat lewat kegiatan dakwah Islam, seperti tercermin dari berbagai pengaruh pesantren terhadap perubahan dan pengembangan individu, sampai pada pengaruhnya terhadap politik diantara para pengasuhnya dan pemerintah. Tidak dapat dipungkiri lagi institusi pendidikan pesantren adalah pendidikan tertua di Indonesia, hingga saat ini model pendidikan pesantren masih bertahan di tengah-tengah arus modernisasi pendidikan di luar pesantren itu sendiri. Tetapi, juga harus diakui pula bahwa pesantren-pesantren yang dulu pernah mengalami kejayaan, sebagian mengalami kemunduran sejarah karena regenerasi para kiainya tidak disiapkan dalam pengkaderan serius. Sementara arus globalisasi sedemikian kuat terhadap pesantren, justru dunia pesantren tertantang untuk menjawab problematika pendidikan di masyarakat. Inilah yang menadi model dan karakter pesantren dari pendidikan lainnya.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta untuk menghadapi persaingan di era globalisasi dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas dan bermoral. Pesantren sebagai pendidikan dan pengajaran ilmu-ilmu keagamaan (tafaqquh fiddin) sampai saat ini masih menjadi tumpuhan dan harapan masyarakat. Eksistensi pondok pesantren hingga saat ini tidak lepas dari peran serta masyarakat dalam menjaga, melestarikan, dan mengembangkan, sehingga terbentuk kemandirian didalamnya. Keberadaan lembaga tersebut menjadi alternativ dari sekian pendidikan yang ada di Indonesia. Dewasa ini isu akuntabilitas publik semakin mencuat dengan besarnya tuntutan masyarakat untuk menciptakan pelayanan publik khususnya dibidang pendidikan islam yang baik dan berkualitas, terutama akuntabilitas manajemen pendidikan pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam.
Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman manajemen kelembagaan pondok pesantren terkait dengan pengelolaan manajerial diniyah pondok pesantren, karena hal inilah pondok pesantren harus lebih transaparan dalam pengelolaan dan mempertanggungjawabkan kinerja pengelolaan tersebut. Pada kenyataanya pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang dikelola dengan system kekeluargaan. Pada umumnya pengelola atau pengasuh pondok pesantren merupakan pemilik pondok pesantren.
Buku ini mengupas seputar ledership atau model kepemimpinan pondok pesantren dalam membangun tradisi pendidikan karakter pesantren hingga membangun budaya religius di lingkungan pesantren. Salah satu tujuannya untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya membangun budaya religuis pesantren serta meciptakan pemahaman yang lebih mendalam sehingga mampu menjawab tantangan zaman. Penulisan buku ini berasal dari hasil penelitian akhir saudara Dr. Machfudz ini merupakan riset Disertasinya di UIN Maulana Malik Ibrohim Malang merupakan bagian kebutuhan dalam rangka mendapat jawaban dari masalah yang dihadapinya, yaitu terkait bagaimana membangun budaya pondok pensantren itu tidak mudah, sehingga buku ini menjadi jawaban dalam menghadapi persoalan-persoalan ini.4
Dalam buku yang ditulis oleh Dr. Machfudz, ini bisa memberikan gambran pola liedership dan manajerial pondok pesantren, sehingga membawa para pembaca terhadap pemahaman model liedership dan manajerial pondok pesantren yang masih menjaga tradisi lama dengan memadukan pada khazanah kekinian yang lebih religius.
Item Type: | Book |
---|---|
Subjects: | 13 EDUCATION > 1301 Education Systems > 130199 Education systems not elsewhere classified |
Divisions: | Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam > Manajemen Zakat dan Wakaf |
Depositing User: | Muhammad Fauzinudin Faiz |
Date Deposited: | 03 May 2023 04:41 |
Last Modified: | 03 May 2023 04:41 |
URI: | http://digilib.uinkhas.ac.id/id/eprint/22917 |
Actions (login required)
View Item |