SHAHWÂT DALAM AL-QUR’AN (Studi Komparatif Penafsiran Q.S Ali ‘Imrân ayat 14 dalam Tafsir Al-Azhar dan Tafsir Al-Manâr)

Daud, Haramain (2023) SHAHWÂT DALAM AL-QUR’AN (Studi Komparatif Penafsiran Q.S Ali ‘Imrân ayat 14 dalam Tafsir Al-Azhar dan Tafsir Al-Manâr). Undergraduate thesis, UIN KH. Achmad Siddiq Jember.

[img] Text
Skripsi Daud (1).pdf

Download (5MB)

Abstract

Daud Haramain, 2023: Shahwât Dalam Al-Qur’an (Studi Komparatif Penafsiran Q.S Ali ‘Imrân ayat 14 dalam Tafsir Al-Azhar dan Tafsir Al-Manâr.

Kata Kunci: Shahwât, komparatif.

Salah satu diskursus yang menjadi tema bahasan al-Qur’an yaitu term (istilah) shahwât. Istilah shahwât tentunya bukanlah istilah asing dalam keberadaan manusia dan juga merupakan fitrah yang berperan besar dalam mengarahkan cara manusia berperilaku, baik secara personal maupun secara sosial. Istilah shahwât yang digunakan dalam al-Qur’an dengan implikasi yang berbeda-beda. Pertama, mengikuti hawa nafsunya (Q.S. An-Nisâ': 27). Kedua, terkait dengan kesenangan manusia akan kenikmatan dan kelezatan (Q.S. Ali‘Imrân: 14 dan Q.S. Maryam: 59). Ketiga, terkait dengan perilaku seks yang menyimpang (Q.S. Al-A‘râf: 81 dan Q.S. An-Naml: 56). Adapun yang sangat jelas merujuk pada shahwât manusia dan macam-macamnya adalah Q.S. Ali‘Imrân ayat 14.
Fokus penelitian dalam penelitian ini yaitu; 1) Bagaimana penafsiran Buya Hamka dan Rashid Ridhâ tentang term shahwât dalam surat Ali ‘Imrân ayat 14? 2) Bagaimana perbedaan dan persamaan penafsiran Buya Hamka dan Rashid Ridhâ dalam Tafsir al-Azhar dan Tafsir al-manâr tentang macam-macam shahwât dalam surat Ali‘Imrân ayat 14?.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan menggunakan pendekatan metode perbandingan (muqarran) dengan jenis penelitian library research (kajian kepustakaan). Data dalam penelitian ini dikumpulkan dari sumber primer dan sekunder yang kemudian dilakukan analisis data dengan menggunakan metode deskriptif-komparatif.
Hasil dari penelitian ini yaitu; 1) Shahwât menurut Buya Hamka yaitu keinginan-keinginan yang menimbulkan selera yang menarik nafsu untuk memiliki dan menguasainya, sehingga yang tampak oleh manusia hanyalah keuntungan dan tidak memperdulikan kesusahan untuk memilikinya. Sedangkan shahwât menurut Rashid Ridhâ yaitu emosional jiwa yang menumbuhkan kesenangan dunia yang diinginkan, maksudnya adalah hal-hal yang menimbulkan gairah dengan cara berlebihan karena terkadang manusia menyukai sesuatu hanya melihat baiknya saja dan tidak melihat sesuatu yang berbahaya. 2) Perbedaan antara Hamka dan Ridhâ dapat dilihat dari segi penafsiran terhadap macam-macam shahwât dalam surat Ali ‘Imrân ayat 14, yaitu pada kata an-Nisâ, al-Khaili al-Musawwamah, al-An’âm dan al-Hars. Adapun persamaan penafsiran yaitu terdapat pada kata banîn dan al-Qanâtiri al-Muqantarah Min al-Dhabi Wâ al-Fiddah.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Subjects: 22 PHILOSOPHY AND RELIGIOUS STUDIES > 2204 Religion and Religious Studies > 220403 Islamic Studies
Divisions: Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora > Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Depositing User: Haramain Daud
Date Deposited: 22 May 2023 04:40
Last Modified: 12 Jun 2023 06:32
URI: http://digilib.uinkhas.ac.id/id/eprint/23582

Actions (login required)

View Item View Item