Dark
Light
Dark
Light

Trilema Epikuros dan Jejak Katalis Pembaruan di Kampus

Trilema Epikuros dan Jejak Katalis Pembaruan di Kampus

Sejak diterbitkannya SK Dirjen Pendis Nomor 4962 Tahun 2016, di berbagai kampus PTKI telah menggelar tradisi Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK). Acara ini didesain bukan sekadar serangkaian kegiatan untuk mengenalkan kampus kepada mahasiswa baru, lebih dari itu, PBAK merupakan tahap awal yang memiliki makna mendalam selama perjalanan mereka sebagai calon insan akademik.

Selain fungsi utamanya sebagai orientasi penyadaran terhadap tugas dan tanggung jawab akademik, PBAK juga diharapkan menjadi panggung pertama bagi mahasiswa baru untuk saling mengenal, membangun komunikasi, dan mempererat silaturahmi. Sejalan dengan prinsip-prinsip Tri Dharma perguruan tinggi, perhelatan ini mengundang mahasiswa baru untuk merenung tentang peran mereka sebagai bagian integral dari komunitas akademik yang lebih besar.

PBAK di lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) menjadi tonggak penting dalam memperkenalkan mahasiswa baru pada sejarah kampus, struktur lembaga, serta dinamika kehidupan akademik yang akan mereka jalani. Melalui rangkaian kegiatan yang terencana, mahasiswa baru mendapatkan pemahaman mendalam tentang sistem kurikulum, model pembelajaran, dan pilar-pilar utama yang mengemban visi dan misi perguruan tinggi. Selain itu, PBAK juga memberi kesempatan kepada mereka untuk berinteraksi dengan para pemimpin PTKI, mengenal lebih dekat dosen-dosen, serta merangkul keragaman lingkungan kampus. Dalam kaitannya dengan "menggagas perubahan di kampus", tahap ini menjadi pondasi awal bagi mahasiswa baru untuk memahami esensi budaya akademik yang ada, dan merumuskan cara mereka dapat menjadi agen perubahan yang berarti.

Di tengah arus perubahan yang tak henti mengalir, institusi pendidikan tinggi berada dalam ujian untuk menjaga relevansinya dalam menghadapi tantangan masa depan. Namun, jika kita memandang lebih jauh, seolah-olah terdapat kontradiksi antara keinginan untuk menggenggam kenikmatan saat ini, menjaga prinsip-prinsip kebijakan, dan mengatasi rasa takut akan ketidakpastian. Dalam paradoks inilah Trilema Epikuros menemukan tempatnya, dan kampus menjadi panggung di mana peran mahasiswa sebagai katalisator perubahan muncul. Dengan merenung tentang pandangan ini, kita akan menggali sejauh apa mahasiswa berperan dalam mengubah budaya akademik dan kemahasiswaan, serta bagaimana konsep Trilema Epikuros menjadi pedoman untuk menggagas perubahan positif.

Home 1 Banner

Mengurai Trilema Epikuros dalam Pengalaman Mahasiswa
Trilema Epikuros atau filsafat Epicurus dipopulerkan filsuf Yunani Epicurus (341-270 SM). Tujuan yang ingin dicapai dari mazhab Epicureanisme adalah meniadakan ketakutan, kegelisahan atau kecemasan (ataraxia). Dalam konteks kampus, pergulatan ini tercermin dalam berbagai aspek, mulai dari pengambilan keputusan akademik hingga upaya menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan pribadi mahasiswa. Trilema ini menjadi tantangan nyata bagi pemimpin kampus, karena mereka harus mencari keseimbangan yang rumit antara memberikan pengalaman yang bermakna bagi mahasiswa, mematuhi peraturan, dan mengatasi hambatan yang mungkin muncul.

Sedangkan bagi mahasiswa, Trilema Epikuros hadir sebagai pertanyaan yang menggugah dalam perjalanan akademik dan pengembangan pribadi mereka. Menyeimbangkan antara keinginan untuk mengejar kenikmatan, tuntutan akademik, dan ketakutan akan masa depan menjadi tantangan yang signifikan. Mahasiswa berada dalam posisi unik untuk mengartikan kembali konsep ini dalam konteks pengalaman kampus mereka, menjadikannya sumber inspirasi untuk mengambil langkah-langkah berani menuju perubahan.

Bagaimana cara menemukan keseimbangan di tengah ketidakpastian dan mengapa konsep filsafat Yunani kuno ini begitu relevan dalam perjalanan mahasiswa modern? Pertanyaan-pertanyaan ini mengantarkan kita pada inti dari perubahan budaya akademik dan kemahasiswaan yang mahasiswa idamkan. Dari sudut pandang ini, pimpinan kampus dan mahasiswa baru bertemu, saling sapa untuk kemudian mendiskusikan dan mengharmonikan di ruang PBAK.

Katalis Pembaruan Mahasiswa

Home 2 Banner

Dalam perbincangan tentang perubahan, peran pemimpin tak pernah lepas dari sorotan. Namun, apakah kita pernah merenung tentang bagaimana mahasiswa bisa menjadi pemimpin dalam menggagas perubahan? Mahasiswa, dengan semangat katalis pembaruan yang melekat, menempati posisi unik untuk memulai perubahan dalam budaya akademik dan kemahasiswaan. Melalui inisiatif kreatif, dialog terbuka, dan kepemimpinan yang berani, mahasiswa membentuk lingkungan yang mendorong transformasi positif. Dengan menggugat norma-norma dan menghadapi ketidakpastian dengan kepala tegak, mahasiswa menjadi motor penggerak dalam merintis jalan baru menuju perubahan yang lebih baik.

Memang, menciptakan perubahan bukanlah perkara mudah, namun mahasiswa yang menjadikan dirinya sebagai katalis pembaruan telah membuktikan sejauh mana keberanian dan tekad bisa mengubah paradigma. Mereka tidak sekadar menyoroti masalah, tetapi juga mencari solusi inovatif, bahkan mengajak masyarakat kampus untuk bersama-sama menjembatani kesenjangan. Dalam suasana yang memeliksa kreativitas, mahasiswa mampu membentuk agenda perubahan, mulai dari keterlibatan aktif dalam kegiatan sosial hingga merintis wadah inklusif yang memfasilitasi dialog antarbudaya. Jejak katalis pembaruan ini tak sekadar memberikan harapan, tetapi juga mewujudkan perubahan konkrit.

Mahasiswa baru harusnya dapat memanfaatkan betul ajang PBAK. Dalam ruang tersebut, mereka dapat berperan sebagai katalis pembaruan dalam menghadapi Trilema Epikuros dengan kepemimpinan dan keberanian. Mahasiswa baru juga dapat menggagas inovasi dalam kurikulum, menyuarakan keprihatinan akan isu-isu sosial di kampus maupun di luar dunia akademik, serta mengembangkan program-program inklusif yang memberikan dampak positif bagi kampus dan komunitas. Dengan menilai peran mahasiswa sebagai agen perubahan yang berani, kita berdiri di ambang era baru di mana pandangan Trilema Epikuros dan semangat katalis pembaruan memberi arah pada kampus yang lebih dinamis dan inklusif.
 

Perspektif Terkini

Ciuman Kematian dan Gigitan Anjing

Judas dan Brutus adalah dua nama paling populer dalam sejarah pengkhianatan. Bahkan, penyebutan keduanya seakan sinonim dengan khianat itu sendiri.

Revolusi, Republik, Revolusioner

Peristiwa proklamasi mendatangkan antusiasme besar tinimbang yang diharapkan Belanda. Meski demikian, berbeda pandangan antar elite memperlemah Republik dalam menghadapi Belanda.