Subjektivitas Mufasir Dalam Kitab Tafsir Indonesia (Studi Komparasi Tentang Penafsiran Ayat-Ayat Fikih Ibadah Dalam Tafsir Rahmat Dengan Tafsir Al-Ibrîz).

Tamami,, Mohammad Ansori Furqon (2017) Subjektivitas Mufasir Dalam Kitab Tafsir Indonesia (Studi Komparasi Tentang Penafsiran Ayat-Ayat Fikih Ibadah Dalam Tafsir Rahmat Dengan Tafsir Al-Ibrîz). Undergraduate thesis, IAIN JEMBER.

[img] Text
Mohammad Ansori Furqon Tamami_082132023.pdf

Download (5MB)

Abstract

Al-Qur’an adalah kitab suci yang memiliki nilai-nilai universal. Nilai nilai tersebut membuat siapa saja dapat mengkaji al-Qur’an melalui jalan penafsiran. Akan tetapi ketika seseorang menafsirkan al-Qur’an mereka pasti menggunakan pisau analisa disiplin ilmunya masing-masing atau setidaknya terpengaruhi oleh latar belakang pendidikan atau realitas sosial yang meraka hadapi pada masanya. Hal tersebut yang membuat karya tafsir memiliki corak yang berbeda-beda. Penulis Tafsir Rahmat dan Tafsir al-Ibrîz walaupun berasal dari negara yang sama yaitu Indonesia, namun mempunyai latar belakang yang berbeda. Perbedaan tersebut yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti subjektivitas kedua mufasir. Sebab, kitab tafsir bukanlah sembarang kitab, akan tetapi penjelasan dari al-Qur’an pedoman hidup umat Islam. Namun, peneliti hanya meneliti khusus tentang penafsiran ayat-ayat fikih ibadah. Alasan peneliti memilih tema tersebut, dikarenakan fikih ibadah merupakan ritual ibadah primer seorang hamba kepada Tuhannya, dan ibadah tersebut sudah ada ketentuan dan syarat sahnya dalam nash. Adapun fokus kajian yang penulis teliti adalah bagaimana perbedaan penafsiran yang terdapat dalam Tafsir Rahmat dengan Tafsir al-Ibrîz tentang fikih ibadah?. Apa faktor yang mempengaruhi penafsiran ayat-ayat tersebut?. bagaimanakah implikasi subjektivitas penafsir dalam penafsiran ayat-ayat mengenai fikih ibadah?. Metode yang penulis gunakan adalah metode deskripsi – studi komparatif, dengan paradigma/jenis penelitian kualitatif dan dalam analisis data dengan menggunakan pendekatan hermeneutika. Adapun anlisanya adalah kajian studi pustaka (library reseach). Kesimpulan dari penelitian ini adalah Oemar Bakry mengelompokkan ayat terlebih dahulu sebelum melakukan penafsiran fikih ibadah (shalat, zakat, puasa dan haji) sedangkan Bisyri Mustafa menafsirkan dengan ayat per ayat. Ketika menafsirkan ayat-ayat tentang fikih ibadah (shalat, zakat, puasa dan haji) sesuai dengan madzhab ahlusunnah wal jamaah. Oemar Bakry terkadang menggunakan bahasa sastra seperti pantun, sedangkan Mustafa Bisyri dalam akhir penjelasannya sering menyebut tentang kebesaran Allah Swt. sebagai wujud kepasrahan dan pengagungan kepada-Nya. Oemar Bakry sering memberikan nasehat atau pesanpesan dalam akhir penjelasannya, sedangkan Mustafa Bisyri menyertakan penjelasan “tanbih” atau “faedah” ketika memberikan penjelasan yang lebih rinci. Oemar Bakry menjelaskan ibadah (shalat, zakat, puasa dan haji) yang sesuai dengan tuntunan dan dilakukan dengan ikhlas karena Allah Swt. akan berimplikasi terhadap tingkah laku, sehingga menambah ketaatan dan budi pekerti yang baik, sedangkan Bisyri Mustafa memberikan penjelasan bahwa semua ibadah yang dilakukan seorang muslim akan dibalas oleh Allah Swt., sehingga Bisyri Mustafa terkesan selalu menuntun seseorang untuk pasrah kepada Allah viii Swt.. Penjelasan Oemar Bakry lebih ringkas dibandingkan penjelasan Bisyri Mustafa. Faktor yang mempengaruhi penafsiran Oemar Bakry dan Bisyri Mustafa di antaranya, perbedaan latar belakang dan pengetahuan kedua mufasir. Oemar Bakry lebih dominan belajar dalam pendidikan formal mulai jenjang pendidikan dasar samapai perguruan tinggi, sedangkan Bisyri Mustafa lama mengeyam pendidikan non-formal seperti di pesantren dan belajar langsung kepada SyaikhSyaikh yang ada di Makkah. Objek sasaran pembaca yang berbeda, Oemar Bakry lebih kepada semua umat islam Indonesia, sedangkan Bisyri Mustafa objek sasaran pembaca kitab tafsirnya lebih khusus kepada kalangan umat Islam yang bisa berbahasa Jawa dan pesantren-pesantren Jawa. Oemar Bakry adalah orang yang notabene belajar pendidikan di lembaga formal membuat tafsiran lebih bersifat normatif ketika menjelaskan tentang ayat-ayat fikih ibadah, sedangkan Bisyri Mustafa penjelasan menunjukkan kepada kehidupan tasawwuf. Oemar Bakry bukan orang yang memiliki sifat fanatik terhadap madzhab fikih tertentu, maka penafsirannya tidak menunjukkan kecenderungan terhadap madzhab tertentu dan tidak menjelaskan perbedaan-perbedaan pendapat madzhab tentang fikih ibadah (shalah, zakat, puasa dan haji). Sementara itu, Bisry Mustafa sebagai tokoh yang terkenal mengaplikasikan ilmu tasawwuf, maka penafsirannya tentang ayat-ayat fikih ibadah selalu diakhiri dengan mengajak untuk berpasrah diri kepada Allah Swt.. Kata kunci: Subjektivitas Mufasir, Tafsir Indonesia, Fikih ibadah

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Subjects: 22 PHILOSOPHY AND RELIGIOUS STUDIES > 2204 Religion and Religious Studies > 220403 Islamic Studies
Divisions: Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora > Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Depositing User: Anak PSG
Date Deposited: 23 Nov 2023 07:11
Last Modified: 23 Nov 2023 07:11
URI: http://digilib.uinkhas.ac.id/id/eprint/29702

Actions (login required)

View Item View Item