Khusnah, Ummu Aina Nafidatul (2025) Filantropi Islam Dalam Al-Qur’an Perspektif Tafsir Al-Jȃmi`’ Li Ahkȃm Al-Qur’ȃn Dan Fȋ Ẓilȃl Al-Qur’ȃn : Studi Komparatif. Undergraduate thesis, UIN KH Achmad Siddiq Jember.
![]() |
Text
Ummu Aina Nafidatul Khusnah_212104010040.pdf Restricted to Registered users only until 18 February 2026. Download (1MB) | Request a copy |
Abstract
Kata Filantropi merupakan istilah baru dalam Islam, akan tetapi prakteknya telah ada sejak 15 abad yang lalu yaitu pada zaman Nabi Muhammad saw. Dalam tradisi Islam melalui perintah zakat, infak, sedekah, dan wakaf, pemahaman filantropi Islam mengakar kuat dalam amalan-amalan tersebut. Inovasi baru dalam kajian Al-Qur’an banyak bermunculan melalui kegiatan menafsir sehingga muncul karya-karya tafsir dengan beranekaragam baik dari segi sumber, metode, maupun corak penafsiran. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana memaknai filantropi Islam dalam konteks penafsiran klasik dan modern.
Fokus pembahasan dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana penafsiran ayat-ayat filantropi Islam (QS.At-Taubah ayat 103; zakat, QS.Al-Hadid ayat 7; infak, QS.Al-Hadid ayat 18; sedekah, dan QS.Ali Imran ayat 92; wakaf) dalam Kitab Tafsir Al-Jâmi’ Li Ahkâm Al-Qur’ân dan Fî Ẓilâl Al-Qur’an ? 2) Apa persamaan dan perbedaan Imam Al-Qurṭubi dan Sayyid Quṭb dalam menafsirkan ayat-ayat filantropi Islam ?
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan jenis penelitian pustaka (library research) dan teknik deskriptis-analitis dalam menganalisis data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kitab tafsir Al-Jâmi’ Li Ahkâm Al-Qur’ân, Imam Al-Qurṭubi menafsirkan ayat-ayat filantopi Islam tentang zakat, infak, sedekah, dan wakaf sebagai perintah untuk membelanjakan harta baik yang bersifat wajib, sunnah, maupun sukarela. Sedangkan dalam kitab tafsir Fî Ẓilâl Al-Qur’an, penafsiran Sayyid Quṭb memaknai filantropi Islam sebagai sarana menyucikan jiwa dan mendekat kepadaAllah swt. Persamaan penafsiran terletak pada bagaimana Imam Al-Qurṭubi dan Sayyid Quṭb menjelaskan dalam tafsirnya bahwa: 1) Keduanya menafsirkan zakat sebagai bentuk keimanan yang menyucikan jiwa, 2) Infak dipahami sebagai wujud nyata keimanan, karena harta adalah titipan Allah yang harus dibelanjakan secara ikhlas di jalan-Nya. 3) Sedekah dimaknai sebagai investasi spiritual yang tulus dari seorang hamba, 4) Keduanya menekankan pentingnya menginfakkan harta yang paling dicintai dengan ikhlas sebagai syarat meraih kebajikan yang sempurna. Adapun perbedaan penafsirannya adalah Imam Al-Qurṭubi menekankan aspek hukum dalam menafsirkan ayat-ayat filantropi Islam, sedangkan Sayyid Quṭb menguraikan hikmah, makna, dan aspek sosial yang terkandung di dalamnya.
Kata Kunci: Filantropi Islam, Tafsir Tematik, Studi Komparatif.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Subjects: | 22 PHILOSOPHY AND RELIGIOUS STUDIES > 2204 Religion and Religious Studies > 220403 Islamic Studies |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora > Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir |
Depositing User: | Ummu Aina Nafidatul Khusnah |
Date Deposited: | 09 Jul 2025 16:08 |
Last Modified: | 09 Jul 2025 16:08 |
URI: | http://digilib.uinkhas.ac.id/id/eprint/48011 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |