Pergeseran Makna Tradisi Minum Air Rajha'an Pada Hari Rebuh Bekkasan Di Pondok Pesantren Madinatul Ulum Cangkring Jenggawah Jember

WUSKO, URWATUL (2022) Pergeseran Makna Tradisi Minum Air Rajha'an Pada Hari Rebuh Bekkasan Di Pondok Pesantren Madinatul Ulum Cangkring Jenggawah Jember. Masters thesis, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER V.

[img] Text
Urwatul Wusko_203206080013.pdf.pdf

Download (6MB)

Abstract

Tradisi minum air rajha‟an pada hari rebuh bekkasan merupakan salah
satu dari sekian banyak tradisi yang masih dilestarikan oleh masyarakat Jawa
sampai saat ini. Tradisi rebuh bekkasan merupakan sebuah ritual yang dilakukan
pada hari rabu terakhir di bulan shafar. dengan tujuan memohon keselamatan serta
menola‟ bala‟. namun dengan berkembangnya ilmu pendidikan, tradisi yang jadi
tatanan hidup bermasyarakat telah mengalami pergeseran sesuai dengan
perubahan yang terjadi dalam aspek kehidupan sosial budaya lainnya yang
disebabkan oleh faktor dari luar maupun dari dalam masyarakat itu sendiri.
Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) menganalisis bentuk pergeseran
makna tradisi minum air Rajha‟an pada hari Rebuh Bekkasan di Pondok
Pesantren Madinatul Ulum Cangkring Jenggawah Jember. 2) menganalisis faktor
penyebab terjadinya pergeseran makna tradisi minum Air Rajha‟an pada hari
Rebuh Bekkasan di Pondok Pesantren Madinatul Ulum Cangkring Jenggawah
Jember.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan
pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan data menggunakan metode
observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis
menggunakan analisis deskriptif kualitataif dengan model interaktif Milles and
Huberman. Sedangkan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan
trianggulasi sumber, dan trianggulasi tekhnik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) bentuk pergeseran makna tradisi
minum air rajha‟an pada hari rebuh bekkasan antara lain yaitu: Pertama,
mayoritas santri melaksanakan tradisi hanya untuk mentaati peraturan pesantren.
kedua, hanya ingin mengharap barokah dari kyai. Ketiga, hanya ingin
melestarikan tradisi yang pernah dilakukan oleh sesepuh Pesantren yang terkenal
dengan karomahnya. 2) faktor internal penyebab terjadinya pergeseran makna
tradisi antara lain yaitu: pertama berkembangnya ilmu pendidikan di Pesantren,
membuat para santri harus fokus terhadap pelajaran-pelajaran pokok pesantren
seperti ilmu fiqih, nahwu, shorrof dan lain-lain. Kedua tidak adanya maklumat
(pemberitahuan) dan koordinasi pengurus dengan para santri sebelum pelaksanaan
tradisi. Ketiga, perubahan pelaksanaan tradisi yang berbeda dari tahun
sebelumnya. Faktor eksternalnya yaitu: pertama, ketidaktahuan santri terhadap
tradisi rebuh bekkasan, karena sebelumnya belum pernah melakukan tradisi
tersebut di rumahnya. Kedua, bertambahnya santri-santri baru yang kurang
memahami tentang latar belakang dan makna tradisi

Item Type: Thesis (Masters)
Subjects: 22 PHILOSOPHY AND RELIGIOUS STUDIES > 2204 Religion and Religious Studies > 220403 Islamic Studies
Divisions: Program Magister > Pendidikan Islam
Depositing User: Ms URWATUL WUSKO
Date Deposited: 01 Dec 2022 00:02
Last Modified: 01 Dec 2022 00:02
URI: http://digilib.uinkhas.ac.id/id/eprint/15481

Actions (login required)

View Item View Item