SYAMSUL ARIFIN, M.FIQIH (2020) TAFSIR IDEOLOGIS DALAM PEMIKIRAN. FATIMAH MERNISSI. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.
Text
M.FIQIH SYAMSUL ARIFIN_082 14 2012.pdf - Submitted Version Download (7MB) |
Abstract
Perjuangan gender adalah upaya perlawanan feminis dalam merubah konstruksi sosial. SPerjuangan gender adalah upaya perlawanan feminis dalam merubah konstruksi sosial. Segala hal yang bias gender mengakibatkan kesenjangan social dalam relasi laki�laki dan wanita.Terjadinya konflik antara laki-laki dan perempuan dikarenakan realitas yang diskriminatif terhadap wanita, seperti beberapa streotip (pelabelan negatif) terhadap wanita, misalnya “wanita hanya berperan di dalam dapur, kasur dan sumur, wanita kurang akal dan agama, wanita tidak pantas menjadi sorang pemimpin”asumsi ini justru melahirkan kelas sosial yang menempatkan wanita tersubordinat dibawah laki-laki. Padahal di dalam agama Islam, tidak ada dalil-dalil normatif yang bias gender. Jika ditemukan dogma misoginis di dalam Islam, menurut Fatimah Mernissi hal tersebut hanyalah konstruk pemikiran subjektif dari elite laki-laki yang terganggu oleh kehadiran wanita, sebab Al-Qur’an, Hadits dan tradisi Islam tidak pernah menempatkan wanita menjadi terhina. Maka dari itu dirasa sangat penting untuk mengkaji khazanah Islam yang dianggap misoginis untuk meningkatkan rasa sensitif gender bagi feminis agar dapat memahami bahwa agama Islam tidak pernah mendiskriminasi wanita. Fokus penelitian yang diangkat dalam skripsi ini diantaranya :1) Bagaimana konstruk pemikiran tafsir Ideologis Fatimah Mernissi ? 2) Bagaimana asal usul dan penyebaran pemikiran tafsir feminisme Fatimah Mernissi?. Metode penelitian pustaka dengan pendekatan sosio-historis dan kritis yang membahas kehidupan tokoh, pemikiran dan pengaruh pemikirannya. Dengan pendekatan ini diharapkan bisa menjelaskan latar belakang lahirnya pemikiran beliau, metode penafsiran dan contoh penafsirannya tentang dalil yang bias gender, termasuk pengaruh pemikirannya terhadap tokoh feminis Islam kontemporer. Penelitian ini juga dibantu dengan teori hermeneutic ametodis Wihelm Dilthey yang sangat detail mengupasa spek sosio-historis sebagai upaya menemukan maksud subyektif pengarangnya. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pertama fatimah Mernissi dalam menafsirkan Al-Qura’an menggunakan metode Hermeneutika kritis yang berusha membongkar atau menembus asusmsi tersembunyi dalam pemahaman sesorang. Sehingga banyak contoh penafsiran Mernissi yang mengkritisi para Mufassir dan Muhaditsin.beberapa penafsirannya terhadap Al-Qur’an adalah jawaban dari ideologi tafsir yang digunkan Fatimah Mernissi dalam melihat teks sakral Al-qur’an dan hadits yakni “feminisme Islam”, ideologi ini merupakan perjuangan Gender Equality Right secara islami atau disandarkan pada ajaran ajaran di dalam islam. .Kedua. Fatimah Mernissi adalah tokoh Feminisme Islam asal Marokko yang mempedulikan keadaan wanita Marokko yang termarginalkan. Usaha perjuangannya dibuktikan dengan banyak karya-karaya Mernissi yang menjelaskan tentang hak-hak wanita didalam Islam dan soasial. Asal usul pemikiran ideologias Fatimah Mernissi dalam persoalan kritik hadits terpengaruh dari Muhammad Al-Gozali. Dalam pemikiran feminisme Islam Fatimahegala hal yang bias gender mengakibatkan kesenjangan social dalam relasi laki�laki dan wanita.Terjadinya konflik antara laki-laki dan perempuan dikarenakan realitas yang diskriminatif terhadap wanita, seperti beberapa streotip (pelabelan negatif) terhadap wanita, misalnya “wanita hanya berperan di dalam dapur, kasur dan sumur, wanita kurang akal dan agama, wanita tidak pantas menjadi sorang pemimpin”asumsi ini justru melahirkan kelas sosial yang menempatkan wanita tersubordinat dibawah laki-laki. Padahal di dalam agama Islam, tidak ada dalil-dalil normatif yang bias gender. Jika ditemukan dogma misoginis di dalam Islam, menurut Fatimah Mernissi hal tersebut hanyalah konstruk pemikiran subjektif dari elite laki-laki yang terganggu oleh kehadiran wanita, sebab Al-Qur’an, Hadits dan tradisi Islam tidak pernah menempatkan wanita menjadi terhina. Maka dari itu dirasa sangat penting untuk mengkaji khazanah Islam yang dianggap misoginis untuk meningkatkan rasa sensitif gender bagi feminis agar dapat memahami bahwa agama Islam tidak pernah mendiskriminasi wanita. Fokus penelitian yang diangkat dalam skripsi ini diantaranya :1) Bagaimana konstruk pemikiran tafsir Ideologis Fatimah Mernissi ? 2) Bagaimana asal usul dan penyebaran pemikiran tafsir feminisme Fatimah Mernissi?. Metode penelitian pustaka dengan pendekatan sosio-historis dan kritis yang membahas kehidupan tokoh, pemikiran dan pengaruh pemikirannya. Dengan pendekatan ini diharapkan bisa menjelaskan latar belakang lahirnya pemikiran beliau, metode penafsiran dan contoh penafsirannya tentang dalil yang bias gender, termasuk pengaruh pemikirannya terhadap tokoh feminis Islam kontemporer. Penelitian ini juga dibantu dengan teori hermeneutic ametodis Wihelm Dilthey yang sangat detail mengupasa spek sosio-historis sebagai upaya menemukan maksud subyektif pengarangnya. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pertama fatimah Mernissi dalam menafsirkan Al-Qura’an menggunakan metode Hermeneutika kritis yang berusha membongkar atau menembus asusmsi tersembunyi dalam pemahaman sesorang. Sehingga banyak contoh penafsiran Mernissi yang mengkritisi para Mufassir dan Muhaditsin.beberapa penafsirannya terhadap Al-Qur’an adalah jawaban dari ideologi tafsir yang digunkan Fatimah Mernissi dalam melihat teks sakral Al-qur’an dan hadits yakni “feminisme Islam”, ideologi ini merupakan perjuangan Gender Equality Right secara islami atau disandarkan pada ajaran ajaran di dalam islam. .Kedua. Fatimah Mernissi adalah tokoh Feminisme Islam asal Marokko yang mempedulikan keadaan wanita Marokko yang termarginalkan. Usaha perjuangannya dibuktikan dengan banyak karya-karaya Mernissi yang menjelaskan tentang hak-hak wanita didalam Islam dan soasial. Asal usul pemikiran ideologias Fatimah Mernissi dalam persoalan kritik hadits terpengaruh dari Muhammad Al-Gozali. Dalam pemikiran feminisme Islam Fatimah Mernissi dipengaruhi oleh Qasim Amin dan gagasan feminisme kontemporer sebagai ide pembaharu dalam mengkaji tentang kewanitaan Fatimah Menrissi dipengaruhi oleh Alem Moulay Ahmed al-Khamlichi. Fatimah sebagai icon feminisme modern juga banyak menginspirasi para feminis muslim dunia termasuk Indonesia. Salah satu diantaranya Siti Musdah Mulia dan Siti Ruhaini Dzuhayatin. Musdah Mulia dalam membahas peran wanita di dalam politik melahirkan buku yang berjudul“PerempuandanPolitik” banyak menyinggung gagasan Fatimah dalam mengkritisi hadits misoginis. Sedangkan Siti Ruhaini Dzuhayatin dalam dalam bukunya yang berjudul “Rekonstruksi metodelogis wacana kesetaraan gender dalam islam”, buku ini banyak asumsi ideologis Mernissi yang dikutipnya. Kemudian buku lain yang juga ditulis oleh Ruhaini “Rezim gender Muhammadiyah: kontestasi gender, identitas dan eksistensi”, buku ini banyak menjelaskan dinamika pria dan wanita dalam masyarakat muslim modern yang digagas oleh Fernissi yang kemudian Ruhaini meneliti kondisi sosio-politik “relasi wanita dengan kekuasaan” di internal Muhammadiyah.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Depositing User: | Mr abdul mangang |
Date Deposited: | 01 Sep 2022 03:51 |
Last Modified: | 01 Sep 2022 03:51 |
URI: | http://digilib.uinkhas.ac.id/id/eprint/12823 |
Actions (login required)
View Item |