Shabrina, Aisyah (2021) Penafsiran Tabarruj al-Jâhiliyyah dalam Al-qur’an (Studi Komparasi Kitab Jȃmi’ al-Bayȃn ‘An Ta’wîli Ȃy al-Qur’ân dan Tafsir Fî Zhilâl al-Qur’ân). Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.
Text
Aisyah Shabrina_U20151046.pdf - Submitted Version Download (5MB) |
Abstract
Tabarruj al-Jâhiliyyah merupakan salah satu larangan kepada kaum wanita untuk tidak menampakkan perhiasannya kepada selain mahramnya sebagaimana yang dilakukan oleh kaum jâhiliyyah terdahulu, hal ini disebutkan dalam QS al-Ahzâb ayat 33 yang dianggap sebagai suatu larangan yang banyak menimbulkan berbagai pemahaman di kalangan para mufasir di antaranya penafsiran klasik yaitu Ath�Thabari yang terdapat dalam kitab Tafsir Jȃmi’ al-Bayȃn ‘An Ta’wîli Ȃy al-Qur’ân dan penafsiran modern yaitu Sayyid Quthb dalam kitab Tafsir Fî Zhilâl al-Qur’ân. Untuk mengetahui penafsiran tentang Tabarruj al-Jâhiliyyah tersebut, maka fokus masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah: 1) Bagaimana penafsiran Tabarruj al-Jâhiliyyah menurut Ath-Thabari dalam kitab tafsir Jȃmi’ al-Bayȃn ‘An Ta’wîli Ȃy al-Qur’ân 2) Bagaimana penafsiran Tabarruj al-Jâhiliyyah menurut Sayyid Qutb dalam kitab Fī Zhilâl al-Qur’ân? 3) Bagaimana perbandingan penafsiran Ath-Thabari dan Sayyid Quthb dalam menafsirkan Tabarruj Al-Jâhiliyyah?. Penelitian ini bersifat kepustakaan (library research) karena semua sumber data yang dianalisa dan yang akan digunakan adalah dari bahan-bahan tertulis, baik dari buku, naskah atau lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini. Selain itu, penelitian ini menggunakan metode yang bersifat deskriptif komparatif. Penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan penafsiran ath-Thabari dan Sayyid Quthb terhadap kata Tabarruj al-Jâhiliyyah serta menganalisis perbandingan penafsiran antara kedua mufasir tersebut. Ath-Thabari menafsirkan tabarruj al-jâhiliyyah adalah suatu larangan untuk kaum perempuan agar tidak memperlihatkan perhiasannya kepada laki-laki yang bukan mahramnya sebagaimana perbuatan kaum jâhiliyyah terdahulu. Sayyid Quthb ِة ( menafsirkan َجا ِهلِيَّ ْ ال ) Jahiliah bukan sebuah ungkapan tentang zaman atau tempat, tapi ia merupakan ungkapan atas kondisi sosial tertentu yang bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Perbandingan penafsiran Ath-Thabari dan Sayyid Quthb sangat terlihat jelas dalam memaknai al-jâhiliyyah dimana Ath-Thabari memaknainya sebagai suatu periode tertentu diantaranya yaitu masa nabi Isa dan Muhammad, Adam dan Nuh, atau Nuh dan Idris, dan hal ini berbeda dengan Sayyid Quthb yang memaknai jâhiliyyah sebagai sebuah akhlak buruk yang tidak terpaku oleh masa atau periode tertentu.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Depositing User: | Mr abdul mangang |
Date Deposited: | 07 Sep 2022 09:08 |
Last Modified: | 07 Sep 2022 09:08 |
URI: | http://digilib.uinkhas.ac.id/id/eprint/12937 |
Actions (login required)
View Item |