MAKNA THAGHUT DALAM AL-QUR’AN (Studi Komparasi

Masruroh, Umi (2021) MAKNA THAGHUT DALAM AL-QUR’AN (Studi Komparasi. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.

[img] Text
Umi Masruroh_U20151007.pdf - Submitted Version

Download (3MB)

Abstract

Islam merupakan agama yang rahmatallil’alamin yakni selalu mengedepankan kedamaian, ketenangan, kesejukan dan santun terhadap sesama. Namun diera ini, tidak sedikit ajaran-ajaran Islam yang disalah fahamkan sehingga memuculkan perselisihan, tuduhan, dan kekerasan. Seperti halnya istilah thaghut yang memiliki kriteria anti terhadap tata negara dan aparaturnya. Oleh sebab itu peneliti sangat tertarik untuk meneliti judul ini dengan pemahaman mufassir klasik, pertengahan dan kontemporer. Berangkat dari latar belakang diatas peneliti memfokuskan pada, Bagaimana pemahaman makna thagut menurut Ibnu Jarir At-Tabari, Ibnu Katsir dan Quraish Shihab.Bagaimana analisis perbandingannya menurut pemahaman Ibnu Jarir At-Tabari, Ibnu Katsir, dan Quraish Shihab? Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian library reseach dengan objek penelitian yakni ayat-ayat al-Qur’an yang mengandung tema thaghut dan metode pengumpulan data dengan dengan dokumentasi. Sedangkan analisis data yang digunakan adalah deskriptif dan komaparatif. Untuk menguji keabsahan data, peneliti menggunakan triangulasi. Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa makna thaghut menurut pemahaman mufassir klasik, pertengahan dan kontemporer memiliki pemahaman yang berbeda sesuai dengan zamannya. Mufassir klasik lebih cenderung pada pemaknaan tekstual yakni memaknai thaghut dengan setan, berhala, dukun, sihir, menyekutukan Allah dan berhukum selain Allah. Sedangkan pemahaman mufassir pertengahan thaghut memiliki makna yang tidak jauh berbeda dengan mufassir sebelumnya hanya saja ada beberapa makna yang diartikan berbeda yakni bermakna segala petbuatan dzalim. Sedangkan menurut pemahaman kontemporer makna thaghut sudah diartikan lebih meluas dan kontekstual sekalipun tidak menghilangkan makna aslinya sebagaimana yang dimaknai mufassir klasik. yakni thaghut dimaknai oleh mufassir kontemporer sebagai melampaui batas sehingga segala perbuatan yang melampaui batas termasuk bagian dari thaghut baik melampaui batas dalam hal ketuhanan (syirik, sihir, dukun, peramal), kemanusiaan (dzalim, aniaya, segala hal yang menyesatkan, kebathilan, ide-ide sesat, manusia durhaka, tirani, sistem hukum yang bertantangan dengan agama Islam,otoriter, teroris, radikalis, diskriminal dsb).

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Depositing User: Mr abdul mangang
Date Deposited: 07 Sep 2022 09:09
Last Modified: 07 Sep 2022 09:09
URI: http://digilib.uinkhas.ac.id/id/eprint/12942

Actions (login required)

View Item View Item