Pergeseran Adat Jawa Petik Laut menuju Nilai-Nilai Religius (Studi Kasus Pesisir Kalianget Banyuglugur Situbondo).

Arifin, Samsul (2017) Pergeseran Adat Jawa Petik Laut menuju Nilai-Nilai Religius (Studi Kasus Pesisir Kalianget Banyuglugur Situbondo). Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.

Text Samsul Arifin_082 121 008.pdf Download (1MB)

Abstract

Masyarakat Jawa masih kental dengan tradisi dan kebudayaan warisan nenek moyangnya. Mereka masih percaya kepada suatu kekuatan yang melebihi segala kekuatan dimana saja yang pernah dikenal, yaitu kasakten. Menurut kepercayaan, masing-masing makhluk halus tersebut dapat mendatangkan kesuksesan ataupun keselamatan, tapi sebaliknya bisa menimbulkan pikiran bahkan kematian. Maka bila seseorang ingin hidup tanpa menderita gangguan ia harus berbuat sesuatu untuk mempengaruhi alam semesta, misalnya berselametan dan bersaji. Cara ini (berselametan dan bersaji) kerap kali dijalankan oleh masyarakat Jawa di desa-desa dan diwaktu tertentu. Begitu pula yang terjadi di Desa Pesisir Kalianget, setiap bulan Muharram atau Syuro, nelayan menggelar ritual untuk memohon keselamatan dan ungkapan syukur dengan mengadakan acara ruwatan dengan mengirim sesajen (tumbal ke laut) atau yang disebut petik laut. Di Situbondo daerah Kalianget, Banyuglugur keberadaan KH Abu Na’im Mu’iz pengasuh Pondok Pesantren Al-Munir menjadi sebuah pencerahan tersendiri bagi masyarakat setempat. Sebab tradisi ritual petik laut di daerah tersebut dikolaborasikan dengan ajaran tentang keislaman dan dilaksanakan pada bulan Robi’ul awal (bulan Mulud). Fokus penelitian dari penelitian ini adalah bagaimana pergeseran adat Jawa petik laut menuju nilai-nilai religius, apa faktor penyebab pergeseran adat Jawa petik laut menuju nilainilai religius dan bagaimana konflik dan integrasi masyarakat Desa Kalianget Banyuglugur Situbondo terkait pergeseran adat Jawa petik laut. Secara praktis penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pergeseran adat Jawa Petik Laut menuju nilai-nilai religius di Kalianget Banyuglugur Situbondo, mendeskripsikan faktor penyebab pergeseran adat Jawa Petik Laut menuju nilai-nilai religius di Kalianget Banyuglugur Situbondo, serta mendeskripsikan konflik dan integrasi masyarakat Desa Kalianget Banyuglugur Situbondo terkait pergeseran adat Jawa petik laut. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif dengan analisis data triangulasi sumber. Hasil dari penelitian ini yaitu pergeseran adat Jawa petik laut yang terjadi di Desa Kalianget meliputi hilangnya tradisi pelepasan bhitek (sesaji) ke tengah laut berubah menjadi perayaan petik laut dengan acara sholawat dan do’a bersama. Dan penyebab pergeseran adat Jawa petik laut menuju nilai-nilai religius di Desa Kalianget yaitu bahwa kehadiran dan dakwah KH Abu Na’im sangat mempengaruhi bergesernya adat Jawa petik laut menuju nilainilai religius. Selain itu juga karena kesadaran pribadi masyarakat yang beberapa kali mengikuti dan menyaksikan secara langsung pelaksanaan petik laut yang diadakan oleh KH Abu Na’im. Dari pegeseran tersebut ada sebagian masyarakat yang setuju dan tidak setuju jika keberadaan ritual baru dianggap sebagai pengganti ritual lama karena tidak adanya bhitek (sesaji). Sedangkan masyarakat yang setuju yaitu dikarenakan ritual baru cenderung lebih bernuansa agamis. Namun, berdasarkan hasil penelitian ini, belum ditemukan adanya perdebatan apalagi perselisihan antarmasyarakat di Desa Kalianget Kecamatan Banyuglugur Kabupaten Situbondo khususnya masyarakat Pesisir. Mereka masih saling bantu membantu apabila terdapat anggota masyarakat yang membutuhkan pertolongan dan mereka (baik masyarakat yang setuju maupun yang tidak setuju) masih tetap menghormati kyai Abu Na’im selaku tokoh agama di daerah tersebut.

Actions (login required)

View Item