Masruroh, Siti (2024) Pola komunikasi tradisi ganjuran dalam studi kasus di Desa Dagan Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.
Text (SK-65-KPI-2024)
SITI MASRUROH-D20171054.pdf - Accepted Version Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (1MB) |
Abstract
Kata Kunci: Pola Komunikasi; Tradisi Ganjuran.
Dalam masyarakat Indonesia, proses berkeluarga biasanya diawali dengan
proses lamaran sebelum sebuah pernikahan dilangsungkan. Biasanya pihak pria
meminta keluarga pihak wanita untuk merestui pernikahan putrinya, atau pihak
keluargalah yang mengajukan lamaran. Namun hal tersebut tidak terjadi di
Lamongan, lebih tepatnya di Kecamatan Solokuro, Desa Dagan, di mana pihak
perempuanlah justru yang melakukan lamaran (khitbah) kepada pihak laki-laki.
Budaya ini masih ada sampai sekarang, Ada pula yang menyebut adat ini dengan sebutan "ganjur", yaitu praktik perempuan melamar laki-laki jika berminat menjadi jodoh atau suami istri.
Fokus penelitian skrispi ini adalah: Bagaimana pelaksanaan tradisi
Ganjuran di desa Dagan kecamatan Solokuro kabupaten Lamongan. Bagaimana
pola komunikasi yang ditampilkan dalam tradisi Ganjuran di desa Dagan
kecamatan Solokuro kabupaten Lamongan. Bagaimana implikasi terhadap
masyarakat terkait adanya pola komunikasi Ganjuran tersebut. Berdasarkan hal
tersebut penelitian ini bertujuan untuk: Untuk mengetahui pelaksanaan tradisi
Ganjuran di desa Dagan kecamatan Solokuro kabupaten Lamongan. Untuk
mengetahui pola komunikasi yang digunakan oleh masyarakat dalam pelaksanaan tradisi Ganjuran. Untuk mengetahui bagaimana implikasinya terhadap masyarakat terkait adanya pola komunikasi dalam tradisi Ganjuran.
Penelitian ini adalah penelitian Deskriptip Kualitatif. Dengan
menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan
dokumentasi. Subjek pada penelitian ini sebanyak 5 orang. Dan hasil penelitian ini menunjukan: Tradisi Ganjuran dilaksanakan dalam tiga tahap, tahap pertama
disebut “babat alas”, kedua adalah konfirmasi resmi atas usulan tersebut. Pada
tahap kedua yang disebut dengan “ngganjur”, Langkah ketiga adalah keluarga
pihak perempuan kembali ke keluarga pihak laki-laki untuk “teges dino”, atau
memilih hari pernikahan. Tiga pola komunikasi berbeda yang digunakan dalam
tradisi Ganjuran. pertama komunikasi primer. Selama tahap "babat dasar", wanita menggunakan pola ini pada pria. Pria menjawab pertanyaan pada saat Teges Dino dengan memberikan jawaban ya atau tidak. Salah satu dari dua pola komunikasi tersebut adalah melingkar. Ketiga pola komunikasi sekunder, tahap ini terjadi pada saat „weweh atau nitiki‟. Respon masyarakat terhadap tradisi ini, ada yang menyikapi tradisi ini secara positif, dan ada segelintir masyarakat yang menyikapi negatif, karena berbeda dengan tradisi umum yang berkembang di masyarakat, bahkan ada yang menganggap tradisi ganjuran tidak sesuai dengan syariat Islam.
Faktanya, dalam Islam, tradisi perempuan melamar laki-laki juga pernah terjadi,
dan dalam Islam tidak ada perintah yang secara tegas melarang hal tersebut.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Subjects: | 20 LANGUAGE, COMMUNICATION AND CULTURE > 2001 Communication and Media Studies > 200101 Communication Studies |
Divisions: | Fakultas Dakwah dan Komunikasi > Komunikasi dan Penyiaran Islam |
Depositing User: | Ms Siti Masruroh |
Date Deposited: | 27 Jun 2024 04:02 |
Last Modified: | 12 Aug 2024 07:47 |
URI: | http://digilib.uinkhas.ac.id/id/eprint/34281 |
Actions (login required)
View Item |